Senin, 21 Mei 2012

MENGGAPAI KETENANGAN JIWA YANG ISLAM

Rahmat Blog. Menggapai Ketenangan Jiwa yang Islam - Dalam perkembangan hidupnya manusia seringkali berhadapan dgn berbagai masalah yg berat utk diatasinya. Akibatnya timbullah kecemasan ketakutan dan ketidaktenangan bahkan tidak sedikit manusia yg akhirnya kalap sehingga melakukan tindakan-tindakan yg semula dianggap tidak mungkin dilakukannya baik melakukan kejahatan terhadap orang lain seperti pembunuhan termasuk pembunuhan terhadap anggota keluarga sendiri maupun melakukan kejahatan terhadap diri sendiri seperti meminum minuman keras dan obat-obat terlarang hingga tindakan bunuh diri. Oleh krn itu ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan dalam hidup ini yg terasa kian berat dihadapinya. Itu sebabnya tiap orang ingin memiliki ketenangan jiwa. Dengan jiwa yg tenang kehidupan ini dapat dijalani secara teratur dan benar sebagaimana yg dikehendaki Allah dan rasul-Nya. Untuk bisa menggapai ketenangan jiwa banyak orang yg mencapainya dgn cara-cara yg tidak islami sehingga bukan ketengan jiwa yg didapat te tapi malah membawa kesemrawutan dalam jiwanya itu. Untuk itu secara tersurat Alquran menyebutkan beberapa kiat praktis. 1. Dzikrullah Dzikir kepada Allah SWT merupakan kiat utk menggapai ketenangan jiwa yakni dzikir dalam arti selalu ingat kepada Allah dgn menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan menyebut nama-Nya dalam berbagai kesempatan. Bila seseorang menyebut nama Allah memang ketenangan jiwa akan diperolehnya. Ketika berada dalam ketakutan lalu berdzikir dalam bentuk menyebut ta’awudz dia menjadi tenang. Ketika berbuat dosa lalu berdzikir dalam bentuk menyebut kalimat istighfar atau taubat dia menjadi tenang kembali krn merasa telah diampuni dosa-dosanya itu. Ketika mendapatkan keni’matan yg berlimpah lalu dia berdzikir dgn menyebut hamdalah maka dia akan meraih ketenangan krn dapat memanfaatkannya dgn baik dan begitulah seterusnya sehingga dgn dzikir ketenangan jiwa akan diperoleh seorang muslim. Allah SWT berfirman yg artinya ” orang-orang yg beriman dan hati mereka menjadi tentram dgn mengingat Allah. Ingatlah hanya dgn mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.”. Untuk mencapai ketenangan jiwa dzikir tidak hanya dilakukan dalam bentuk menyebut nama Allah tetapi juga dzikir dgn hati dan perbuatan. Karena itu seorang mukmin selalu berdzikir kepada Allah dalam berbagai kesempatan baik duduk berdiri maupun berbaring. 2. Yakin akan Pertolongan Allah Dalam hidup dan perjuangan seringkali banyak kendala tantangan dan hambatan yg harus dihadapi. Adanya hal-hal itu seringkali membuat manusia menjadi tidak tenang yg membawa pada perasaan takut yg selalu menghantuinya. Ketidaktenangan seperti ini seringkali membuat orang yg menjalani kehidupan menjadi berputus asa dan bagi yg berjuang menjadi takluk bahkan berkhianat.Oleh krn itu agar hati tetap tenang dalam perjuangan menegakkan agama Allah dan dalam menjalani kehidupan yg sesulit apa pun seorang muslim harus yakin dgn adanya pertolongan Allah dan dia juga harus yakin bahwa pertolongan Allah itu tidak hanya diberikan kepada orang-orang yg terdahulu tetapi juga utk orang sekarang dan pada masa mendatang Allah berfirman yg artinya “Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi mu dan agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” . Dengan memperhatikan betapa banyak bentuk pertolongan yg diberikan Allah kepada para nabi dan generasi sahabat di masa Rasulullah saw maka sekarang pun kita harus yakin akan kemungkinan memperoleh pertolongan Allah itu dan ini membuat kita menjadi tenang dalam hidup ini. Namun harus kita ingat bahwa pertolongan Allah itu seringkali baru datang apabila seorang muslim telah mencapai kesulitan yg sangat atau dipuncak kesulitan sehingga kalau diumpamakan seperti jalan maka jalan itu sudah buntu dan mentok. Dengan keyakinan seperti ini seorang muslim tidak akan pernah cemas dalam menghadapi kesulitan krn memang pada hakikatnya pertolongan Allah itu dekat. Allah berfirman yg artinya “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yg beriman “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” . 3. Memperhatikan Bukti Kekuasaan Allah Kecemasan dan ketidaktenangan jiwa adl krn manusia seringkali terlalu merasa yakin dgn kemampuan dirinya akibatnya kalau ternyata dia merasakan kelemahan pada dirinya dia menjadi takut dan tidak tenang tetapi kalau dia selalu memperhatikan bukti-bukti kekuasaan Allah dia akan menjadi yakin sehingga membuat hatinya menjadi tentram hal ini krn dia sadari akan besarnya kekuasaan Allah yg tidak perlu dicemasi tetapi malah utk dikagumi. Allah berfirman yg artinya “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata ‘Ya Tuhanku perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati’. Allah berfirman ‘Belum yakinkah kamu?’. Ibrahim menjawab ‘Aku telah meyakininya akan tetapi agar hatiku tenang ‘. Allah berfirman ‘ ambillah empat ekor burung lalu cincanglah kemudian letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu satu bagian dari bagian-bagian itu kemudian panggillah mereka niscaya mereka datang kepadamu dgn segera’. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” . 4. Bersyukur Allah SWT memberikan keni’matan kepada kita dalam jumlah yg amat banyak. Keni’matan itu harus kita syukuri krn dgn bersyukur kepada Allah akan membuat hati menjadi tenang hal ini krn dgn bersyukur keni’matan itu akan bertambah banyak baik banyak dari segi jumlah ataupun minimal terasa banyaknya. Tetapi kalau tidak bersyukur keni’matan yg Allah berikan itu kita anggap sebagai sesuatu yg tidak ada artinya dan meskipun jumlahnya banyak kita merasakan sebagai sesuatu yg sedikit. Apabila manusia tidak bersyukur Allah memberikan azab yg membuat mereka menjadi tidak tenang Allah berfirman yg artinya “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan sebuah negeri yg dahulunya aman lagi tentram rezekinya melimpah ruah dari segenap tempat tetapi nya mengingkari ni’mat-ni’mat Allah; krn itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yg selalu mereka perbuat.” . 5. Tilawah Tasmi’ dan Tadabbur Alquran Alquran adl kitab yg berisi sebaik-baik perkataan diturunkan pada bulan suci Ramadan yg penuh dgn keberkahan karenanya orang yg membaca mendengar bacaan dan mengkaji ayat-ayat suci Alquran niscaya menjadi tenang hatinya manakala dia betul-betul beriman kepada Allah SWT. Allah berfirman yg artinya “Allah telah menurunkan perkataan yg baik Alquran yg serupa lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yg takut kepada Tuhanya kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah dgn kitab itu Dia menunjuki siapa yg dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yg disesatkan Allah maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” . Oleh krn itu sebagai mukmin interaksi kita dgn Alquran haruslah sebaik mungkin baik dalam bentuk membaca mendengar bacaan mengkaji maupun mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Manakala interaksi kita terhadap Alquran sudah baik maka mendengar bacaan Alquran saja sudah membuat keimanan kita bertambah kuat yg berarti lbh dari sekedar ketenangan jiwa. Allah berfirman yg artinya “Sesungguhnya orang-orang yg beriman adl mereka yg apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” . Dengan berbekal jiwa yg tenang itulah seorang muslim akan mampu menjalani kehidupannya secara baik sebab baik dan tidak sesuatu yg seringkali berpangkal dari persoalan mental atau jiwa. Karena itu Allah SWT memanggil orang yg jiwanya tenang utk masuk ke dalam surga-Nya. Allah berfirman yg artinya “Hai jiwa yg tenang kembalilah kepada Tuhanmu dgn hati yg puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”. Akhirnya menjadi tanggung jawab kita bersama utk memantapkan ketenangan dalam jiwa kita masing-masing sehingga kehidupan ini dapat kita jalani dgn sebaik-baiknya. Oleh Drs. H. Ahmad Yani Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia sumber file al_islam.chm Sumber: http://blog.re.or.id/menggapai-ketenangan-jiwa-yang-islami.htm

YPI amalislamiK

Selasa, 15 Mei 2012

ADAB BERTETANGGA

Adab Bertetangga TUNTUNAN - Heri Ruslan - Bukanlah Mukmin orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan. Sebagai makhluk sosial, manusia butuh bersosialisasi. Di lingkungan terdekat, manusia hidup berdampingan dengan tetangganya. Dalam ajaran Islam, tetangga memiliki peran dan arti penting dalam kehidupan seorang Muslim. Islam mengajarkan, hak tetangga atas tetangga lainnya begitu agung. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat baik kepada tetangga dekat dan jauh. "… Dan, berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, serta tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh." (QS An-Nisaa [4]:36). Rasulullah SAW juga selalu mengingatkan umatnya untuk berbuat baik dengan tetangganya. Nabi SAW bersabda, "Jibril terus-menerus berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga hingga aku mengira dia akan mewariskannya." (HR Bukhari dan Muslim). Sayangnya, masih banyak umat Islam yang belum menjalankan perintah Allah dan Rasulullah tentang pentingnya berbuat baik kepada tetangga. Tak jarang, antartetangga ada yang bermusuhan, saling menjelekkan, dan saling mengumbar aib. Akibatnya, seorang yang bermusuhan dengan tetangganya tak akan pernah merasa tenang. Agar setiap Muslim akur dan akrab dengan tetangganya, ajaran Islam melalui Alquran dan hadis telah menetapkan adab bertetangga (Al-Jiwaar). Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Kitab Mausuu'atul Aadaab Al-Islaamiyah menjelaskan, adab-adab yang perlu diperhatikan seorang Muslim dalam bertetangga. Memilih tetangga yang saleh Menurut Syekh Sayyid Nada, sebelum memutuskan tinggal di suatu tempat, seharusnya seorang Muslim memilih tempat tinggal yang saleh tetangganya. Sebab, kata dia, tetangga yang tak saleh suka membuka rahasia rumah tangga orang lain. "Ada kalanya seseorang membutuhkan bantuan tetangganya. Apabila tetangga itu orang yang saleh, tentu ia akan memberikan manfaat dan meringankan bebannya," ujar ulama terkemuka itu. Terkait masalah ini, Rasulullah SAW bersabda, "Empat perkara yang dapat mendatangkan kebahagiaan: wanita yang saleh, tempat tinggal yang luas, tetangga yang saleh, dan kendaraan yang bagus." (HR Ahmad). Menyukai kebaikan bagi tetangganya Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya adalah menyukai kebaikan bagi tetangganya, sebagaimana ia menyukai kebaikan itu bagi dirinya sendiri. Hal itu, dalam Islam, menjadi penyempurna keimanan. Rasulullah SAW bersabda, "Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak sempurna keimanan seseorang hingga ia menyukai tetangganya apa yang ia suka bagi dirinya." (HR Muslim). Tak mengganggu baik dengan ucapan maupun perbuatan "Mengganggu tetangga adalah perbuatan yang haram," ujar Syekh Sayyid Nada. Bahkan, Rasulullah SAW secara khusus telah mengingatkan masalah ini. Beliau bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya." (HR Bukhari). Selalu berbuat baik kepada tetangga Rasulullah SAW mengajarkan umatnya agar selalu berbuat baik kepada tetangganya. Beliau bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya …" (HR Muslim). Untuk itulah, kata Syekh Sayyid Nada, wajib hukumnya berbuat baik kepada tetangga dengan cara apa pun yang memungkinkan. Bersabar terhadap gangguan tetangga "Tetangga yang baik bukan hanya menahan tangannya untuk tidak mengganggu tetangganya. Akan tetapi, ia juga bersabar terhadap gangguannya," papar Syekh Sayyid Nada. Hendaknya ia membalas gangguan itu dengan kebaikan. Menurut dia, sesungguhnya sikap seperti itu akan menutup pintu bisikan setan. Memberi makan kepada tetangga yang fakir Rasulullah SAW selalu menekankan pentingnya umat Islam berbuat baik kepada tetangga. Beliau bersabda, "Bukanlah Mukmin orang yang kenyang, sementara tetangga di sampingnya kelaparan." Saat ini, masih banyak orang yang tak memedulikan kondisi tetangganya. Padahal, Rasulullah SAW mengajarkan umatnya berbagi dengan tetangga. Beliau bersabda, "Jika salah seorang dari kalian memasak, perbanyaklah kuahnya, kemudian berikan sebagian kepada tetangganya." Rasulullah juga melarang umatnya meremehkan sesuatu yang akan diberikan kepada tetangganya. Nabi SAW bersabda, "Wahai, wanita Muslimah, janganlah kalian meremehkan pemberian kepada tetangga meskipun hanya kaki kambing." Menurut Syekh Sayyid Nada, hendaknya adab yang agung ini diperhatikan dan jangan sampai diabaikan. Sumber: Ensiklopedia Adab Islam Menurut Alquran dan Sunnah terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i

BERPIKIR SECARA MENDALAM

BERPIKIR SECARA MENDALAM HARUN YAHYA Banyak yang beranggapan bahwa untuk "berpikir secara mendalam", seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan "filosof". Padahal, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung. Allah berfirman bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran" (QS. Shaad, 38: 29). Yang ditekankan di sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir. Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau berusaha untuk berpikir mendalam akan terus-menerus hidup dalam kelalaian yang sangat. Kata kelalaian mengandung arti "ketidakpedulian (tetapi bukan melupakan), meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam kecerobohan". Kelalaian manusia yang tidak berpikir adalah akibat melupakan atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan penciptaan diri mereka serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup yang sangat berbahaya yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai: "Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raaf, 7: 205) "Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman." (QS. Maryam, 19: 39) Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berpikir secara sadar, kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran yang menjadikan mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta tanpa berpikir, ataupun hanya sekedar mengikuti kebiasaan yang ada, berada dalam kekeliruan. Ketika ditanya, para pengekor yang tidak mau berpikir tersebut akan menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah. Tetapi karena tidak berpikir, mereka sekedar melakukan ibadah dan aktifitas hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentalitas golongan ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an: Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?" "Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta." (QS. Al-Mu'minuun, 23: 84-90) Berpikir dapat membebaskan seseorang dari belenggu sihir Dalam ayat di atas, Allah bertanya kepada manusia, "…maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?. Kata disihir atau tersihir di sini mempunyai makna kelumpuhan mental atau akal yang menguasai manusia secara menyeluruh. Akal yang tidak digunakan untuk berpikir berarti bahwa akal tersebut telah lumpuh, penglihatan menjadi kabur, berperilaku sebagaimana seseorang yang tidak melihat kenyataan di depan matanya, sarana yang dimiliki untuk membedakan yang benar dari yang salah menjadi lemah. Ia tidak mampu memahami sebuah kebenaran yang sederhana sekalipun. Ia tidak dapat membangkitkan kesadarannya untuk memahami peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak mampu melihat bagian-bagian rumit dari peristiwa-peristiwa yang ada. Apa yang menyebabkan masyarakat secara keseluruhan tenggelam dalam kehidupan yang melalaikan selama ribuan tahun serta menjauhkan diri dari berpikir sehingga seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi adalah kelumpuhan akal ini. Pengaruh sihir yang bersifat kolektif tersebut dapat dikiaskan sebagaimana berikut: Dibawah permukaan bumi terdapat sebuah lapisan mendidih yang dinamakan magma, padahal kerak bumi sangatlah tipis. Tebal lapisan kerak bumi dibandingkan keseluruhan bumi adalah sebagaimana tebal kulit apel dibandingkan buah apel itu sendiri. Ini berarti bahwa magma yang membara tersebut demikian dekatnya dengan kita, dibawah telapak kaki kita! Setiap orang mengetahui bahwa di bawah permukaan bumi ada lapisan yang mendidih dengan suhu yang sangat panas, tetapi manusia tidak terlalu memikirkannya. Hal ini dikarenakan para orang tua, sanak saudara, kerabat, teman, tetangga, penulis artikel di koran yang mereka baca, produser acara-acara TV dan professor mereka di universitas tidak juga memikirkannya. Ijinkanlah kami mengajak anda berpikir sebentar tentang masalah ini. Anggaplah seseorang yang telah kehilangan ingatan berusaha untuk mengenal sekelilingnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada setiap orang di sekitarnya. Pertama-tama ia menanyakan tempat dimana ia berada. Apakah kira-kira yang akan muncul di benaknya apabila diberitahukan bahwa di bawah tempat dia berdiri terdapat sebuah bola api mendidih yang dapat memancar dan berhamburan dari permukaan bumi pada saat terjadi gempa yang hebat atau gunung meletus? Mari kita berbicara lebih jauh dan anggaplah orang ini telah diberitahu bahwa bumi tempat ia berada hanyalah sebuah planet kecil yang mengapung dalam ruang yang sangat luas, gelap dan hampa yang disebut ruang angkasa. Ruang angkasa ini memiliki potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan materi bumi tersebut, misalnya: meteor-meteor dengan berat berton-ton yang bergerak dengan leluasa di dalamnya. Bukan tidak mungkin meteor-meteor tersebut bergerak ke arah bumi dan kemudian menabraknya. Mustahil orang ini mampu untuk tidak berpikir sedetikpun ketika berada di tempat yang penuh dengan bahaya yang setiap saat mengancam jiwanya. Ia pun akan berpikir pula bagaimana mungkin manusia dapat hidup dalam sebuah planet yang sebenarnya senantiasa berada di ujung tanduk, sangat rapuh dan membahayakan nyawanya. Ia lalu sadar bahwa kondisi ini hanya terjadi karena adanya sebuah sistim yang sempurna tanpa cacat sedikitpun. Kendatipun bumi, tempat ia tinggal, memiliki bahaya yang luar biasa besarnya, namun padanya terdapat sistim keseimbangan yang sangat akurat yang mampu mencegah bahaya tersebut agar tidak menimpa manusia. Seseorang yang menyadari hal ini, memahami bahwa bumi dan segala makhluk di atasnya dapat melangsungkan kehidupan dengan selamat hanya dengan kehendak Allah, disebabkan oleh adanya keseimbangan alam yang sempurna dan tanpa cacat yang diciptakan-Nya. Contoh di atas hanyalah satu diantara jutaan, atau bahkan trilyunan contoh-contoh yang hendaknya direnungkan oleh manusia. Di bawah ini satu lagi contoh yang mudah-mudahan membantu dalam memahami bagaimana "kondisi lalai" dapat mempengaruhi sarana berpikir manusia dan melumpuhkan kemampuan akalnya. Manusia mengetahui bahwa kehidupan di dunia berlalu dan berakhir sangat cepat. Anehnya, masih saja mereka bertingkah laku seolah-olah mereka tidak akan pernah meninggalkan dunia. Mereka melakukan pekerjaan seakan-akan di dunia tidak ada kematian. Sungguh, ini adalah sebuah bentuk sihir atau mantra yang terwariskan secara turun-temurun. Keadaan ini berpengaruh sedemikian besarnya sehingga ketika ada yang berbicara tentang kematian, orang-orang dengan segera menghentikan topik tersebut karena takut kehilangan sihir yang selama ini membelenggu mereka dan tidak berani menghadapi kenyataan tersebut. Orang yang mengabiskan seluruh hidupnya untuk membeli rumah yang bagus, penginapan musim panas, mobil dan kemudian menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang bagus, tidak ingin berpikir bahwa pada suatu hari mereka akan mati dan tidak akan dapat membawa mobil, rumah, ataupun anak-anak beserta mereka. Akibatnya, daripada melakukan sesuatu untuk kehidupan yang hakiki setelah mati, mereka memilih untuk tidak berpikir tentang kematian. Namun, cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung. Orang-orang yang tidak dapat membebaskan diri mereka dari sihir dengan cara berpikir, yang mengakibatkan mereka berada dalam kelalaian, akan melihat kebenaran dengan mata kepala mereka sendiri setelah mereka mati, sebagaimana yang diberitakan Allah kepada kita dalam Al-Qur'an : "Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam." (QS. Qaaf, 50: 22) Dalam ayat di atas penglihatan seseorang menjadi kabur akibat tidak mau berpikir, akan tetapi penglihatannya menjadi tajam setelah ia dibangkitkan dari alam kubur dan ketika mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di akhirat. Perlu digaris bawahi bahwa manusia mungkin saja membiarkan dirinya secara sengaja untuk dibelenggu oleh sihir tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan hal ini mereka akan hidup dengan tentram. Syukurlah bahwa ternyata sangat mudah bagi seseorang untuk merubah kondisi yang demikian serta melenyapkan kelumpuhan mental atau akalnya, sehingga ia dapat hidup dalam kesadaran untuk mengetahui kenyataan. Allah telah memberikan jalan keluar kepada manusia; manusia yang merenung dan berpikir akan mampu melepaskan diri dari belenggu sihir pada saat mereka masih di dunia. Selanjutnya, ia akan memahami tujuan dan makna yang hakiki dari segala peristiwa yang ada. Ia pun akan mampu memahami kebijaksanaan dari apapun yang Allah ciptakan setiap saat. Seseorang dapat berpikir kapanpun dan dimanapun Berpikir tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus. Seseorang dapat berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke kantor, mengemudi mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan, melihat TV ataupun ketika sedang makan siang. Misalnya: di saat sedang mengemudi mobil, seseorang melihat ratusan orang berada di luar. Ketika menyaksikan mereka, ia terdorong untuk berpikir tentang berbagai macam hal. Dalam benaknya tergambar penampilan fisik dari ratusan orang yang sedang disaksikannya yang sama sekali berbeda satu sama lain. Tak satupun diantara mereka yang mirip dengan yang lain. Sungguh menakjubkan: kendatipun orang-orang ini memiliki anggota tubuh yang sama, misalnya sama-sama mempunyai mata, alis, bulu mata, tangan, lengan, kaki, mulut dan hidung; tetapi mereka terlihat sangat berbeda satu sama lain. Ketika berpikir sedikit mendalam, ia akan teringat bahwa: Allah telah menciptakan bilyunan manusia selama ribuan tahun, semuanya berbeda satu dengan yang lain. Ini adalah bukti nyata tentang ke Maha Perkasaan dan ke Maha Besaran Allah. Menyaksikan manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju tempat tujuan mereka masing-masing, dapat memunculkan beragam pikiran di benak seseorang. Ketika pertama kali memandang, muncul di pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini terdiri atas individu-individu yang khas dan unik. Tiap individu memiliki dunia, keinginan, rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau sedih, serta perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan, tumbuh besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja, menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-anaknya, menjadi tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal dunia. Dilihat dari sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup semua manusia tidaklah jauh berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup di perkampungan di kota Istanbul atau di kota besar seperti Mexico, tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang suatu saat pasti akan mati, seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang tersebut yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu hari akan mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang yang akan mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh untuk kehidupannya setelah mati; tetapi mengapa hampir semua manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka di dunia tak akan pernah berakhir?" Orang yang memikirkan hal-hal semacam ini lah yang dinamakan orang yang berpikir dan mencapai kesimpulan yang sangat bermakna dari apa yang ia pikirkan. Sebagian besar manusia tidak berpikir tentang masalah kematian dan apa yang terjadi setelahnya. Ketika mendadak ditanya,"Apakah yang sedang anda pikirkan saat ini?", maka akan terlihat bahwa mereka sedang memikirkan segala sesuatu yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi mereka. Namun, seseorang bisa juga "berpikir" hal-hal yang "bermakna", "penuh hikmah" dan "penting" setiap saat semenjak bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur, dan mengambil pelajaran ataupun kesimpulan dari apa yang dipikirkannya. Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman memikirkan dan merenungkan secara mendalam segala kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang mereka pikirkan. "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Aali 'Imraan, 3: 190-191). Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah. Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya menghantarkan kepada sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Misalnya: seseorang melihat orang lain dengan penampilan fisik yang lebih baik dari dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah karena kekurangan yang ada pada fisiknya dibandingkan dengan orang tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa iri terhadap orang tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah. Jika ridha Allah yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk rupa orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna. Dengan melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah ciptakan akan memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah agar menambah keindahan orang tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia juga meminta kepada Allah agar dikaruniai keindahan yang hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa seringkali dialami oleh seorang hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk mengetahui apakah dalam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir yang baik yang diridhai Allah atau sebaliknya. Keberhasilan dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan perenungan ataupun proses berpikir yang mendatangkan kebahagiaan di akhirat, masih ditentukan oleh kemauannya dalam mengambil pelajaran atau peringatan dari apa yang ia renungkan. Karena itu, sangatlah ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya selalu berpikir secara ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an : "Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir, 40: 13) ________________________________________ DIAMBIL DARI "BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?" KARYA HARUN YAHYA, ROBBANI PRESS, INDONESIA, 2000 Sumber: http://www.harunyahya.com/indo/artikel/001.htm

BERPIKIRLAH SEJAK ANDA BANGUN TIDUR

Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur HARUN YAHYA Tidak diperlukan kondisi khusus bagi seseorang untuk memulai berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja bangun tidur di pagi hari pun terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mendorongnya berpikir. Terpampang sebuah hari yang panjang dihadapan seseorang yang baru saja bangun dari pembaringannya di pagi hari. Sebuah hari dimana rasa capai atau kantuk seakan telah sirna. Ia siap untuk memulai harinya. Ketika berpikir akan hal ini, ia teringat sebuah firman Allah: "Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS. Al-Furqaan, 25: 47) Setelah membasuh muka dan mandi, ia merasa benar-benar terjaga dan berada dalam kesadarannya secara penuh. Sekarang ia siap untuk berpikir tentang berbagai persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan dari sekedar memikirkan makanan apa yang dipunyainya untuk sarapan pagi atau pukul berapa ia harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali ia harus memikirkan tentang hal yang lebih penting ini. Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama sekali sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada kesadaran dan kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara dan melihat. Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal ini akan kembali seperti sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami musibah apapun malam itu. Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah rumah dapat menyebabkan kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam itu. Sebuah bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di daerah tempat tinggalnya. Ia mungkin saja mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh, bisa saja ia bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal atau kepalanya. Namun tak satupun ini terjadi dan ia bangun tidur dalam keadaan selamat dan sehat. Memikirkan yang demikian mendorongnya untuk berterima kasih kepada Allah atas kasih sayang dan penjagaan yang diberikan-Nya. Memulai hari yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki makna bahwa Allah kembali memberikan seseorang sebuah kesempatan yang dapat dipergunakannya untuk mendapatkan keberuntungan yang lebih baik di akhirat. Ingat akan semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah menghabiskan waktu di hari itu dengan cara yang diridhai Allah. Sebelum segala sesuatu yang lain, seseorang pertama kali hendaknya merencanakan dan sibuk memikirkan hal-hal semacam ini. Titik awal dalam mendapatkan keridhaan Allah adalah dengan memohon kepada Allah agar memudahkannya dalam mengatasi masalah ini. Doa Nabi Sulaiman adalah tauladan yang baik bagi orang-orang yang beriman: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (QS. An-Naml, 27 : 19) Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang untuk berpikir?Tubuh manusia yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari tidur dapat mendorong manusia untuk berpikir: setiap pagi ia harus membasuh muka dan menggosok gigi. Sadar akan hal ini, ia pun merenungkan tentang kelemahan-kelemahannya yang lain. Keharusannya untuk mandi setiap hari, penampilannya yang akan terlihat mengerikan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh kulit ari, dan ketidakmampuannya menahan rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya adalah bukti-bukti tentang kelemahan dirinya. "Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. Ar-Ruum, 30: 54) Bagi orang yang telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam cermin dapat memunculkan beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak usia dua dekade dari masa hidupnya, tanda-tanda proses penuaan telah terlihat di wajahya. Di usia yang ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit mulai kelihatan di bawah kelopak mata dan di sekitar mulutnya, kulitnya tidak lagi mulus sebagaimana sebelumnya, perubahan bentuk fisik terlihat di sebagian besar tubuhnya. Ketika memasuki usia yang semakin senja, rambutnya memutih dan tangannya menjadi rapuh. Bagi orang yang berpikir tentang hal ini, usia senja adalah peristiwa yang paling nyata yang menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia dan mencegahnya dari kecintaan dan kerakusan akan dunia. Orang yang memasuki usia tua memahami bahwa detik-detik menuju kematian telah dekat. Jasadnya mengalami proses penuaan dan sedang dalam proses meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai melemah kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua. Sebagian besar manusia sangat terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah dikarenakan keburukan wajah mereka semasa masih muda. Pada umumnya, manusia yang dahulunya berwajah tampan ataupun cantik bersikap arogan, sebaliknya yang di masa lalu berwajah tidak menarik merasa rendah diri dan tidak bahagia. Proses penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan sifat sementara dari kecantikan atau keburukan penampilan seseorang. Sehingga dapat diterima dan masuk akal jika yang dinilai dan dibalas oleh Allah adalah akhlaq baik beserta komitmen yang diperlihatkan seseorang kepada Allah. Setiap saat ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta jauh dari segala ketidaksempurnaan adalah Allah, dan iapun mengagungkan kebesaran Allah. Allah menciptakan setiap kelemahan manusia dengan sebuah tujuan ataupun makna. Termasuk dalam tujuan ini adalah agar manusia tidak terlalu cinta kepada kehidupan dunia, dan tidak terpedaya dengan segala yang mereka punyai dalam kehidupan dunia. Seseorang yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan mendambakan agar Allah menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala kelemahan. Segala kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik untuk direnungkan: tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari tanah yang hitam ternyata memiliki bau yang demikian harum. Sebaliknya, bau yang sangat tidak sedap muncul dari orang yang tidak merawat tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang sombong dan membanggakan diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka pikirkan dan ambil pelajaran darinya. ________________________________________ DIAMBIL DARI "BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?" KARYA HARUN YAHYA, ROBBANI PRESS, INDONESIA, 2000 Sumber: http://www.harunyahya.com/indo/artikel/002.htm

CERMINAN AKHLAK GENERASI MENDATANG

Cerminan Akhlak Generasi Mendatang Posted by: al_ichsan on Monday, May 08, 2006 - 08:06 Hudzaifah.org - Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari aktivitas yang saya jalani kemarin. Sedikitnya ada dua kejadian yang bisa diambil pelajaran. Pelajaran yang bisa membuka mata kita betapa pentingnya generasi-generasi Muslim sejati. Matahari sudah setengah menyengat di pagi hari itu, aku pun bergegas berangkat kekampus dengan menggunakan kendaraan umum. Kuberhentikan salah satu angkot yang melintas dan segera mencari tempat duduk yang nyaman. Tempat duduk favoritku di pojok belakang angkot kebetulan belum terisi, hanya ada seorang ibu berjilbab putih rapi yang membawa dua anaknya yang masih kecil-kecil. Satu anak perempuan yang kutaksir umurnya sekitar lima tahun dan yang satu lagi anak laki-laki yang pulas tertidur dalam gendongan si ibu, kelihatannya umurnya belum genap 1 tahun. Aku duduk dihadapannya dan sempat beberapa kali memperhatikan bagaimana ia dengan repotnya mengatur anak-anaknya agar bisa tenang. Si anak perempuan beberapa kali mulai mengeluh sakit perut dan mual, mungkin dikarenakan angkot yang berjalan ugal-ugalan. ”Ma, perut aku sakit ma...” seru si anak perempuan sambil memegangi perutnya. ”Tahan ya nak, sebentar lagi sampai kok...” ”Tapi sakit sekali ma...” ”Mari sini mama beri minyak kayu putih.” Si ibu membuka tasnya dan mengeluarkan sebotol minyak kayu putih dan kemudian dioleskan keperut anaknya sambil mengalihkan pembicaraan. ”Nak, nanti kalau sudah sampai kita beli apa ya yang enak?” ”Susu kotak saja, ma. Aku minta susu kotak...” ”Wah usul yang bagus, beli berapa kotak ya?” ”Dua saja ma, untuk aku dan adik.” Kemudian pembicaraan antara anak dan ibu ini terus berlangsung sampai si anak benar-benar lupa akan sakit perut dan mualnya. Aku hanya menyaksikan dengan kagum betapa seorang ibu dengan cerdasnya mengasuh anaknya. Walau keadaannya sangat repot tapi senyum ikhlas tak pernah lepas dari wajahnya. Wajah yang teduh memayungi kedua buah hatinya. Aku pun mulai teringat kepada ibuku. Ah, betapa mulianya seorang ibu... Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. AL Ahqaf : 15) ***** Hari terus berjalan dari jam ke jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30. Setelah menunaikkan ibadah shalat dzuhur kulangkahkan kakiku dari kampus menuju SDN 07 Jelambar dengan menggunakan motor yang telah kupinjam sebelumnya dari teman. Yup, agendaku berikutnya adalah mengajar bahasa Inggris kelas 6 SD, pelajaran yang sangat kusuka sedari kecil. Pertama kali mengajar anak-anak kecil terasa sangat melelahkan, bahkan lebih melelahkan dari pada mengajar sebagai assisten lab dan assisten dosen di kampus. Kesabaran sangat diuji disini. Selalu kupatrikan dalam diriku firman Allah yang ampuh menenangkan hatiku, ”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bersabar.” Pelajaran bahasa Inggris hari ini kumulai jam 13.00. Setelah kubuka dengan salam kubagikan foto copy-an yang sudah kusiapkan untuk mereka. Hari ini memang sudah kurencanakan untuk mengambil materi dari foto copy-an tersebut. Aku belajar banyak dari perbedaan latar belakang sampai sifat murid-muridku ini. Beberapa waktu aku sempatkan untuk berbicara santai dengan mereka, dengan begitu aku bisa mengetahui karakter mereka. Ada beberapa hal yang aku sayangkan atas pribadi yang terbentuk dalam diri mereka. Misalnya beberapa dari mereka sudah pernah menonton film-film porno yang dijual bebas sedari kecil. Alasannya beragam ada yang mendapatkannya dari teman, membeli, atau bahkan milik orang tuanya. Beberapa dari mereka juga mengaku juga sekolah madrasah selepas sekolah di SD. Paginya sekolah di SD dan sorenya di madrasah. Memang ada sedikit perbedaan antara anak madrasah dengan yang non madrasah. Ada juga dari mereka yang membantu orang tuanya sepulang sekolah. Anak dengan karakter ini cenderung baik dan suka membantu. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pembentuk akhlak dan kepribadian seorang anak adalah: 1. Al Wiratsiyyah (Genetik) Seorang anak berperilaku berdasarkan daerah tempat asalnya. Misalkan, anak-anak dari Sumatera Utara cenderung lebih keras dibandingkan anak-anak yang hidup dengan suasana suku Jawa ataupun Sunda. 2. An Nafsiyyah (Psikologis) Faktor ini berdasarkan nilai-nilai yang ditanamkan atau diterima dalam keluarga. Misalkan, sangat berbeda karakter anak-anak yang orang tuanya sibuk bekerja dan kurang kasih sayang dengan anak-anak yang cukup mendapat kasih sayang dari orang tua. Atau misalkan, berbeda karakter antar anak-anak yang keluarganya utuh dengan anak-anak yang broken home. 3. Syari’ah Ijtima’iyyah (Lingkungan sosial) Faktor lingkungan bermain mereka juga sangat berpengaruh dalam pertumbuhan karakter. 4. Al Qiyam (Nilai islam) Faktor pembentukan nilai-nilai Islam sudah seharusnya diterima oleh anak-anak sedari mereka kecil. ”Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la) ”Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah : 128). Wallahua’lam bishawab. [DAI] Sumber: http://www.hudzaifah.org/Article359.phtml

IKHSAN

Hikmah Oleh Juman Rofarif Ikhsan Suatu ketika, Nabu Muhammad SAW mendapat pelajaran penting tentang makna iman, Islam dan ikhsan dari Malaikat Jibril yang mendatangi beliau dengan menjelma menjadi manusia biasa. Secara berurutan, Nabi menjawab pertanyaan ujian Malaikat Jibril. Apa yang yang disebut iman? Nabi menjawab, “Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, percaya akan adanya perjumpaan dengan Allah, percaya kepada para rasul, dan percaya adanya hari kebangkitan”. Apa yang disebut Islam? Nabi menjawab, “Islam adalah engkau menghamba kepada Allah dan tidak menyekutukannya, melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat, dan puasa di bulan Ramadhan”. Apa arti ikhsan? “Engkau beribadah kepada Allah dengan kondisi seolah-olah engkau melihatnya dengan mata. Jika tidak, yakinlah bahwa Allah sedang melihatmu”, demikian jawab Nabi. (HR Bukhari dari Abu Hurairah). Iman, Islam dan ikhsan adalah satu kesatuan komponen Agama Islam yang tak terpisahkan. Ketiga komponen tersebut seharusnya terintegrasi secara berimbang dalam keberislaman seorang Muslim. Dan pengurutan seperti itu bukanlah kebetulan. Iman didahulukan karena ia adalah pokok dari Islam. Selanjutnya, iman di dalam hati menjadi tidak bermakna jika tidak dimanifestasikan dalam tindakan nyata, yang diimplementasikan dalam Islam. Agama Islam pada diri seorang Muslim harus dibenarkan dengan hati (iman) dan dipraktikan dengan perbuatan (Islam). Dan ikhsan adalah penyatuan dari iman dan Islam. Artinya, seseorang tidak akan bisa melihat Allah SWT, jika tidak percaya akan Mahawujud-Nya, serta tidak mengamalkan apa yang menjadi perintah dan larangan-Nya. Ikhsan bisa diraih jika iman dan Islam telah menjadi satu kesatuan tak terpisahkan dalam diri seorang Muslim. Sebab, iman tidak bermakna tanpa Islam. Dan Islam tanpa iman akan rapuh. Namun, ada sebagian ulama yang mendahulukan Islam, kemudian iman, dan ikhsan. Alasannya adalah karena Islam adalah amalan lahir yang rasional, sedangkan iman adalah amalan batin yang suprarasional. Dan ikhsan adalah puncak pencapaian dari keduanya dan melampaui keduanya. Kenapa ikhsan diakhirkan ? Hal itu menjadi isyarat bahwa ia adalah hal yang sulit dilakukan. Jika Islam terbatas pada lahiriah, iman terbatas pada batiniah, maka ikhsan tidak terbatas pada keduanya, karena berusaha memfokuskan kesadaran kita akan Allah SWT setiap saat. (Dikutip dari REPUBLIKA - Selasa, 8 Januari 2008 – 29 Dzulhijjah 1428 H)

DESA, UJUNG TOMBAK PEMBANGUNAN NASIONAL

Desa, Ujung Tombak Pembangunan Nasional Rabu, 21 September 2011 15:32:12 | Basis Data Depdagri | Drs. Ayip Muflich, SH,M.Si Pelaksanaan Kegiatan Nasional yang diselenggarakan Direktorat Jenderal PMD, Kementerian Dalam Negeri seperti, Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM), Lomba Desa dan Kelurahan, Hari Kesatuan Gerak PKK (HKG-PKK), dan Gelar Teknologi Tepat Guna (Gelar TTG) dapat dijadikan ajang pertemuan bagi para aparat pemerintah provinsi, kabupaten dan kota sebagai media untuk saling, tukar pengalaman dalam pelaksanaan berbagai program serta kebijakan. Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal PMD, Drs. Ayip Muflich, SH,MS.i dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Sekditjen PMD, Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si, dalam Rapat Kerja Teknis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Rakernis PMD) Tahun 2011, di Pontianak. Rakernis PMD ini diselenggarakan di sela-sela kegiatan Peringatan Gerakan Nasional Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat VIII (BBRGM) dan Hari Kesatuan Gerak PKK Ke- 39. Diharapkan, pertemuan tersebut menghasilkan suatu gambaran tentang permasalahan di daerah serta solusi yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut. “Pemetaan terhadap berbagai isu-isu strategis serta solusi yang dihasilkan agar menjadi salah satu tolak ukur kita dalam merencanakan program dan kegiatan untuk tahun anggaran 2012 sehingga kebijakan yang dihasilkan oleh daerah dapat mendukung pemerintah dalam menanggulangi permasalahan nasional,” jelas Ayip. Menurut Dirjen,bahwa ujung tombak pembangunan nasional adalah pembangunan di tingkat pedesaan. Kebijakan ini kiranya dapatlah dipahami, mengingat dari sekitar 234,2 juta penduduk Indonesia, sekitar 14,15 % adalah penduduk miskin, dan mereka umumnya tinggal di perdesaan dan daerah kumuh perkotaan. “Untuk itu perlu kiranya kita duduk bersama dalam pertemuan ini untuk melakukan pemetaan terhadap berbagai permasalahan dan isu-isu strategis yang dapat kita angkat dalam rangka penanggulangan kemiskinan di wilayah masing-masing,” kata dia. Dalam Rakernis PMD yang dipimpin Sekditjen, Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si, bertanya ke beberapa peserta yang berasal dari beberapa wilayah di Indonesia, apakah ada diantara para peserta yang hadir menginginkan agar provinsinya dijadikan kegiatan akbar BBRGM pada tahun 2012. Zubaidi pun dengan bijak menampung beberapa usulan yang menurut pendapatnya untuk melakukan kegiatan nasional tidak hanya melibat perorangan tetapi melibatkan banyak pihak dengan berbagai pertimbangan. Bahkan ketika ada peserta yang usul agar kegiatan tersebut diselenggarakan di Papua, Zubaidi berpendapat tidak semudah itu menyelenggarakan kegiatan nasional di sana, “Yang paling utama jadual penerbangan ke sana sangat terbatas, begitu juga sarana dan prasarana yang ada, “kata dia. Sementara itu, Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat, Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat, Ditjen PMD, Drs. Nuryanto, MPA meminta kepada para peserta Rakernis PMD untuk mencermati makna penting dari kegiatan BBRGM yang senantiasa dihadiri oleh presiden RI. “Ada kajian politis bahwa nilai-nilai dan makna yang besar bagi bangsa jangan hanya terlihat pada bulan mei. Bulan Mei mewarnai 11 bulan lainnya bahwa semangat gotong royong ada di setiap bulan, “kata Nuryanto. Nuryanto meminta hendaknya kegiatan nasional BBRGM tidak sekedar seremonial semata, tetapi bermanfaat bagi masyarakat,” Kedepan kita wujudkan semangat gotong royong lebih ditingkatkan,”kata dia. Dalam Rakernis PMD ada beberapa point yang dibahas oleh para peserta diantaranya tentang BumDesa dan pasar desa, BBRGM dan HKG PKK lomba desa/kelurahan, Gelar TTG dan Anugerah Si Kompak. Terbatas SDM Kasubdit pengkreditan dan Simpan Pinjam, Direktorat Usaha Ekonomi Masyarakat, Anang Sudiana,SE,MM, mengungkapkan, BumDesa dinilai kurang banyak. Hal ini disebabkan, terbatasnya SDM. “SDM yang mengelola BumDesa masih lemah karena kurangnya mengikuti Bintek. Seandainya sudah mengikuti Bintek, kerap dimutasi akibatnya menghambat perkembangan keberadaan BumDesa,”kata anang yang berharap agar sosialisasi BumDesa dilaksanakan berulang-ulang sehingga mendorong desa untuk membentuk BumDesa. Menurut dia, masalah lain yang menyebabkan BumDesa kurang berkembang karena keuangan daerah yang terbatas. Daerah tidak memprioritaskan pembentukan BumDesa, “Untuk itu kemitraan dengan pemilik modal sangatlah dibutuhkan. Ia menambahkan, selain masalah BumDesa masalah lain adalah tentang pasar desa. Saat ini pasar desa dibanjiri pasar modern. Ini disebabkan lemahnya pengawasan, karena diperlukan proteksi keberpihakan pasar desa. Selain itu, terbatasnya dana untuk pembangunan pasar desa, provinsi juga kesulitan membangun pasar desa yang nyaman. “Masih adanya pengelolaan pasar desa oleh kabupaten, kepemilikan asset tidak jelas. Padahal bila diserahkan ke desa bisa dikelola dengan bagus karena dilaksanakan oleh desa itu sendiri,”kata dia seraya menambahkan, pengurusan pasar desa masih bersifat tradisional.Sehingga perlu diadakan Bintek,”. Sementara itu, Direktur Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat Direktorat Kelembagaan dan Pelatihan Masyarakat, Drs. Nuryanto, MPA menuturkan permasalahan-permasalahan yang kerap dialami dalam kegiatan BBRGM diantaranya banyak daerah belum menganggarkan kegiatan BBRGM. Belum libatkan SKPD lain, masih ada aparat PMD belum paham ke-PMDan sehingga perlu sosialisasi BBRGM. Sedangkan Direktur Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Direktorat Pemberdayaan Adat dan Sosial Budaya Masyarakat, Dr.Ir. Sapto Supono,M.Si, mengatakan agar pelaksanaan BBRGM dan HKG PKK tetap disatukan dengan alternatif waktu awal Mei untuk pencanangan tingkat nasional dan akhir Mei untuk acara puncak di tingkat provinsi,”Pada acara puncak BBRGM dan HKG PKK diusulkan pula pemberian penghargaan kepada Pemda berprestasi,”katanya. (Liefyany) Tags :Desa, Ujung Tombak Pembangunan Nasional Sumber: http://www.depdagri.go.id/article/2011/09/21/desa-ujung-tombak-pembangunan-nasional

FIKIH MAWADDAH

Fikih Mawaddah Oleh : Sofjan S Siregar Dosen Islamic University of Europe Rotterdam, Ketua ICMI Orwil Eropa Dalam setiap diskusi tentang Islam di Eropa khususnya di Belanda pertanyaan selalu didominasi isu sentral sekitar sejauh mana Islam mampu bertahan mengklaim agama yang kompatibel dengan segala waktu dan semua tempat. Sementara Alquran sendiri menyebutkan dalam Surat An Nisa ayat 34 bahwa seorang suami bukan hanya dibolehkan, bahkan disuruh agar jika perlu memukul istri yang dianggap membangkang terhadap suami. Isu 'pukul istri' ini juga mendominasi acara diskusi ICMI Orwil Eropa akhir Maret 2007 bekerja sama dengan Universitas Islam Eropa Rotterdam di Belanda. Seorang nara sumber menyulut isu kontroversial ini dengan membenarkan fatwa kebolehan suami memukul istri dalam upaya mencari solusi keutuhan rumah tangga dalam Islam sesuai ajaran dan petunjuk Alquran. Kecaman dan reaksi keras tidak bisa dibendung. Hampir semua organisasi wanita dan emansipasi serta HAM di Belanda protes. Isu itu dianggap melecehkan wanita. Lebih jauh lagi seorang anggota parlemen Belanda yang anti-Islam dari Partai Van Vrijheid (PVV alias Partai Kebebasan) G Wilders mengusulkan dalam wawancara di TV Belanda beberapa waktu lalu, agar Muslim yang ingin tinggal menetap di Belanda harus merobek separuh Alquran. Suatu reaksi yang berlebihan akibat ketidaktahuan dan xenophobia politiknya yang sangat anti orang asing di Belanda. Akhirnya setelah diprotes keras oleh umat Islam, pernyataan Wilders ini tidak mendapat dukungan dari masyarakat Belanda. Fatwa membolehkan pukul wanita dihadapkan pada tantangan eksternal dan internal. Di satu pihak, keganasan media massa menyosialisasikan Islamophobia semakin lempang, brutal dan menjadi-jadi khususnya di Eropa, sebagai tantangan external. Sedangkan di pihak lain muncul kecendrungan sebagian intelektual Muslim yang mengumbar fatwa kurang akurat jika ditinjau dari perspektif Islam. Ijtihad para intektual ini lebih bernuansa politik ketimbang ijtihad fiqih syar'i. Fatwa semacam itu sangat mendiskreditkan citra Islam yang berkarakter harmonis, sejuk, damai dan rahmat buat seluruh manusia, termasuk wanita. Meluruskan persepsi Upaya yang digalakkan umat Islam di Eropa melawan Islamophobia, akan terganggu dan semakin kabur dengan tersiarnya fatwa pelecehan HAM semacam ini. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan bahwa Islam tidak pernah menoleransi pemukulan dan penganiayaan terhadap siapa pun termasuk istri sendiri. Kata dhorb dalam Surat An Nisa ayat 34 tidak bisa dijadikan rujukan dan diterjemahkan secara harfiah dengan memukul, tapi harus diterjemahkan sesuai dengan penjelasan ayat dan hadis secara komprehensif sesuai norma maqasidissyariah (tujuan syariah). Kenapa? Karena dalam persepsi Islam, maksud dari institusi perkawinan dalam bentuk rumah tangga sangatlah mulia. Selain mengikuti Sunah Nabi dan mengembangbiakkan keturunan, juga untuk membina keluarga sakinah, mawaddah, rahmah, mahabbah, dan harmonis. Maka dari itu, menghina, menganiaya atau memukul istri bukan hanya kontraproduktif dengan tujuan perkawinan, tapi juga melanggar prinsip dasar HAM. Nabi sangat mengecam tindakan suami yang memukul istri dalam hadisnya, "Bagaimana Anda pukul istri Anda seperti memukul budak padahal setelah itu Anda tidur bersama istri, apakah anda tidak malu?" Kedua calon suami dan isteri tidak dipaksa untuk maju ke lembaga perkawinan, sehingga konsekuensinya, mereka tidak bisa saling memaksakan kehendak. Kelangsungan lembaga perkawinan yang suci dan mulia ini memang harus dipelihara. Namun jika tidak memungkinkan dan tidak tercapai solusi yang memuaskan dua pihak, status lembaga perkawinan bukanlah mutlak dan harga mati yang harus dipertahankan sampai pisah mati, seperti yang terdapat dalam agama lain. Islam membolehkan cerai hidup, jika memang terpaksa. Artinya, bila ternyata di antara suami dan istri tidak ada sakinah, mawaddah, dan rahmah, seorang suami boleh cerai dari istri dengan cara baik seperti kata Alquran, "Lanjutkan perkawinan dengan cara baik atau cerai dengan cara gentlemen." Pendekatan dan meyakinkan istri dengan cara memukul tidak akan melahirkan bahagia. Andaikan sang istri berubah menjadi baik setelah dipukul oleh suami, tentu hanya secara zahir, karena bagaimanapun juga aksi dan tindak pemukulan itu sangat melukai hatinya. Sehingga pilar sakinah dan mawaddah akan cacat yang akhirnya juga kehidupan rumah tangga akan hancur. Demikian pula sang istri juga tidak perlu memukul suami atau melakukan tindakan kekerasan lain. Istri bisa dan boleh keluar dari lembaga perkawinan dengan mengambil inisiatif untuk cerai dari suami dengan membayar ta'widh. Tidak satu hadispun yang membolehkan memukul istri. Dalam Alquran juga tidak ditemukan ayat yang membolehkan memukul istri. Adapun ayat 34 Aurat An Nisa yang selalu dijadikan rujukan oleh sebagian orang, perlu di terjemahkan secara akurat sesuai dengan norma dan prinsip tafsir. Menerjemahkan kata dhorb dalam ayat tersebut dengan memukul adalah hal yang perlu penjelasan lanjutan. Karena petunjuk Alquran sangat jelas bahwa untuk memukul atau mencambuk selalu dipakai kata jild seperti hukuman bagi orang yang menuduh berzina tanpa adanya empat saksi dicambuk 80 kali. Dalam terjemahan Alquran dari Depag kita temukan sebagai berikut, "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusuz-nya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukullah mereka (An Nisa ayat 34). Secara umum terjemahan Alquran Depag telah membantu umat Islam memahami kitab sucinya, namun khusus ayat 34 surat An Nisa, Tampaknya Depag harus meninjau ulang terjemahannya. Kenapa? Karena kata kerja dhorb mencakup multimakna yang harus disesuaikan dengan ayat dan dalil naqli yang terkait secara utuh. Ada 18 bentuk pemakaian kata dhorb dalam Alquran, semuanya bermakna i'tizal (mengasingkan/isolasi diri), almufaraqah (memisahkan), dan at tark (meninggalkan). Kita ambil contoh dalam surat An Nisa ayat 101, "Wa iza dhorobtum fil ardhi falaisa alaikum junahun an taqsuru minas sholati (Dan apabila kamu bepergian (dharabtum) di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu meng-qashar shalatmu). Kata dhorobtum tidak mungkin diterjemahkan memukul di bumi. Karena adanya konsep khul'u (perceraian yang inisiatifnya muncul dari sang istri) dalam lembaga perkawinan, maka menerjemahkan dhorb dengan memukul semakin kurang relevan dalam ayat 34 Surat An Nisa untuk menyelesaikan cekcok rumah tangga. Masing-masing pihak punya hak untuk tetap lanjut bersama atau pisah dari kehidupan rumah tangga. Teladan Nabi Hal ini diperkuat oleh sunnah fi'liyah (praktik Nabi) Rasulullah SAW ketika rumah tangganya mengalami tantangan disharmonisasi dari beberapa istrinya. Nabi tidak melakukan pemukulan pada istrinya, tapi dia meninggalkan istrinya berhijrah rumah selama sebulan ke tempat lain. Padahal Surat An Nisa ayat 34 waktu itu sudah turun. Dua tahapan sudah dilakukan oleh Nabi yaitu menasihati dan pisah ranjang tapi tetap satu rumah. Tahapan terakhir untuk menjaga kesinambungan dan keutuhan rumah tangga adalah i'tizal atau ib'ad atau hijrah pisah rumah selama sebulan. Ternyata cara ini ampuh. Para istrinya kembali biasa, rumah tangga Nabi kembali utuh. Seandainya memukul adalah suatu opsi, tentu Rasulullah adalah orang yang pertama harus melakukannya sebagai contoh dalam segala bentuk perintah yang ada dalam Alquran. Namun Nabi tidak pernah melakukannya. Dalam suatu hadis dikatakan bahwa beliau tidak pernah memukul pembantu dan istrinya. Beliau tidak pernah menyuruh untuk memukul istri apalagi melakukan tindakan penghinaan. Contoh keteladanan Nabi dalam menyelesaikan konflik rumah tangga ini merupakan fikih mawaddah yang harus disosialisasikan oleh para intelektual Muslim dalam upaya membasmi kesalahpahaman terhadap ajaran sejati Islam dan mengeliminasi Islamophobia. Ikhtisar - Ajaran Islam adalah kompatible dengan segala waktu dan tempat. - Fikih mawaddah melarang suami menghina atau memuku istri. - Tidak ada rujukan juridis syar'i yang membolehkan apalagi menyuruh untuk memukul wanita baik dalam Alquran ataupun hadis. - Sebaiknya, Departemen Agama merevisi terjemahan salah pada Alquran yang menyangkut HAM kehidupan rumah tangga dalam Surat An Nisa ayat 34. Sumber: http://www.freewebs.com/arsipkliping/agama.htm

KISAH LUQMAN

Kisah Luqman Oleh : Asro Kamal Rokan Cerita Luqmanul Hakim dan keledainya sudah sangat populer, terutama di kalangan pesantren dan anak-anak Muslim. Dalam cerita tersebut, dikisahkan cara unik Luqmanul Hakim mendidik putranya tentang keyakinan dalam mengambil keputusan. Dikisahkan, Luqman memerintahkan putranya membawa seekor keledai. Mereka melakukan perjalanan. Luqman menunggang keledai, sedangkan putranya mengiringi dengan berjalan kaki. Di pasar, orang-orang mencibir Luqman. ''Lihatlah, ayahnya membiarkan anaknya jalan kaki, sedangkan dia enak saja naik keledai.'' Mendengar cibiran itu, mereka berganti posisi. Luqman yang menghela keledai, sedangkan anaknya naik di punggung keledai. Mereka melanjutkan perjalanan. Di perjalanan, mereka bertemu dengan sejumlah orang yang juga mencibir. ''Dunia sudah gila. Hei ... anak muda, mengapa kau biarkan ayahmu yang tua jalan kaki, sedangkan kau enak-enak naik keledai!'' Karena celaan itu, Luqman dan anaknya memutuskan sama-sama jalan kaki dan membiarkan keledai melenggang tanpa penumpang. Keputusan inipun dicela banyak orang. Luqman dan anaknya dianggap bodoh karena tidak menggunakan keledai sebagai tunggangan. Terus dicela --karena semua dianggap salah-- akhirnya Lukqman dan anaknya memutuskan untuk memanggul keledai itu dengan sebatang bambu yang kuat. Apa yang terjadi? Luqman justru semakin dikecam dan dianggap sebagai orang gila. ''Keledai yang sehat itu bukan ditunggangi, malah dipanggul. Dasar orang gila!'' Inilah pelajaran yang diberikan Luqman kepada anaknya: ''Apabila kamu terus mengikuti pendapat orang lain, kamu tidak akan mampu mengambil keputusan, karena setiap keputusan yang kamu ambil akan dinilai salah. Kuatkan keyakinanmu dalam mengambil keputusan.'' Kisah sufi ini menjelaskan bahwa tidak mudah mengambil keputusan apabila pertimbangannya adalah pendapat orang lain. Setiap orang memiliki pendapat dalam sudut pandang berbeda, apalagi didasarkan pada kepentingan masing-masing. Luqman telah mencoba untuk akomodatif terhadap pendapat banyak orang, namun tetap saja dicela. Tidak ada yang sempurna, karena tidak pernah ada keputusan yang dapat memuaskan semua orang. Bahkan, acapkali tidak pula bisa memuaskan diri sendiri. Karena itu, kata Luqman, ''Kuatkan keyakinanmu dalam mengambil suatu keputusan.'' Rasulullah SAW yang menjalankan tugas mulia untuk membawa manusia ke jalan kebenaran, kemuliaan tidak saja dikecam tapi juga dimusuhi, diperangi, dan bahkan dirayu dengan harta benda. Rasulullah menghadapi semuanya itu dengan segala risiko, karena tidak mencari popularitas. Nabi Muhammad tetap pada keputusannya, melaksanakan tugas dari Allah SWT untuk kebaikan manusia. Itulah tujuannya. Keputusan harus diambil meski sangat tidak popular jika diyakini baik untuk kemajuan dan kepentingan banyak orang. Inilah salah satu yang membedakan seorang pengambil keputusan dengan seorang penghibur. Seorang pengambil keputusan siap untuk tidak populer, sedangkan penghibur harus meraih popularitas. Semakin banyak pujian dan tepuk tangan karena peran yang dibawakannya, semakin sukses dia sebagai penghibur. Itulah ukuran keberhasilannya. Luqmanul Hakim telah mengikuti semua yang disarankan kepadanya, bahkan dengan susah payah memikul keledainya. Luqman berpesan kepada putranya --juga kepada kita, ''Catat wahai anakku, kau harus memiliki keyakinan kuat dan ketetapan hati dalam mengambil keputusan.'' Sumber: http://www.freewebs.com/arsipkliping/agama.htm

KAMPUNG ISLAM DI LEMBATA

Kampung Islam di Lembata 11 January 2012 Belum lama ini (30/12/2011), saya mengunjungi Desa Palilolon, Kecamatan Ileape, Kabupaten Lembata, NTT. Saya ditemani Mama Siti Manuk, adik kandung mendiang mama saya. Palilolon merupakan salah satu dari dua desa muslim di Kecamatan Ileape. Boleh dikata 100% penduduk Palilolon dan Kolipadan, kampung tetangga, beragama Islam. Ini menarik karena warga desa-desa lain di Lembata hampir semuanya Katolik. Di kampung halaman kami memang hanya ada dua agama: Katolik dan Islam. Agama Kristen Protestan atau Pentakosta atau Adven dan sejenisnya tidak ada. Meski berbeda agama, orang Lembata sangat rukun. Ada ikatan kekerabatan yang sangat erat sebagai sesama orang Lamaholot. Bahasa, adat, gaya hidup, pola pikir... tak ada beda. Terletak di antara hutan bakau dengan pasir yang halus, kampung Palilolon ini sebenarnya sangat indah. Orang-orangnya pun sangat ramah. Semua kampung Islam di Lembata dan Flores Timur memang berada di pesisir pantai. Karena itu, orang Islam biasa disebut WATANEN dalam bahasa Lamaholot. WATAN berarti pantai. Sebaliknya, orang Katolik disebut KIWANEN yang artinya orang gunung. Orang WATANEN alias Islam di bumi Lamaholot ini sejak dulu dikenal sebagai pelaut yang ulung. Mereka piawai menyelam di laut yang cukup dalam meski tanpa bantuan peralatan memadai. Mama Siti Lebaur kaget bukan main ketika saya nongol di rumahnya. Saat itu tante saya ini sedang membuat jagung titi di dapur. Seakan tak percaya ada 'orang Jawa' mampir ke rumahnya. Meski banyak menghasilkan ikan dan rumput laut, dua kampung Islam ini punya masalah air minum. Air tawar tak ada. Air sumurnya malah lebih asin dari air laut di Jawa, begitu guyonan saya. Karena itu, sejak dulu warga harus jalan kaki jauh untuk menimba air sumur. Kalau punya uang bisa beli air tangki yang dijual beberapa pedagang dari Lewoleba. Tapi orang Palilolon enjoy aja dengan krisis air bersih ini. Syukurlah, beberapa tahun lalu ada bantuan bak atau tandon air dari pemerintah. Tandon dipasang di bawah cucuran atap untuk menampung air hujan. Warga pun kini terbiasa minum air hujan dan tak lagi kehausan. Tandon 3000 liter di setiap rumah itu jadi solusi yang mujarab. Sekitar tahun 2000 warga kampung Islam ini sempat kipas-kipas uang. Panen raya rumput laut yang membuat penghasilan mereka jauh lebih banyak ketimbang jadi nelayan atau petani biasa. Anak-anak muda beli motor baru, bisa bangun rumah, beli tv plus parabola. Sayang, sejak 3 tahun terakhir rumput laut ini rusak. Panenan pun sepi. Maka, sebagian warga kembali lagi menggarap ladang jagung yang sempat ditelantarkan selama beberapa tahun. "Langgara kamen data laga gohuk. Heloka nolo hala," kata Mama Siti Lebaur dalam bahasa daerah. Artinya, saat ini budi daya rumput laut sudah rusak. Tidak seperti dulu. Azan magrib pun terdengar. Warga Pailolon, yang baru saja menyaksikan pertandingan bola di kampung tetangga, kalah 1-4, bersiap menunaikan salat. Mesin genset pun dihidupkan untuk menerangi kampung bakau yang sudah mulai gelap. Saya minta diri pulang bersama Mama Siti Kasa sambil membawa oleh-oleh segepok ikan kering dan gurita. Posted by Lambertus Hurek at 7:47 PM Sumber: http://hurek.blogspot.com/2012/01/kampung-islam-di-lembata.html

AMANAH JABATAN

Amanah Jabatan Oleh : Rahmaji Asmuri Ketika Abu Musa bersama dua orang dari Bani Ammi menemui Rasulullah SAW, salah seorang di antaranya meminta Nabi agar memberikan jabatan kepada mereka, lalu Nabi bersabda, ''Sesungguhnya, demi Allah! Kami tak akan memberi amanah kekuasaan kepada seseorang yang memintanya, dan juga pada orang yang berambisi padanya.'' (HR Muslim). Senada dengan hadis di atas, Rasulullah berpesan pada Abdurahman bin Samurah, ''Wahai Abdurahman, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu, maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi, jika ditugaskan tanpa ambisimu, maka kamu akan ditolong mengatasinya.'' (HR Bukhari & Muslim). Terkait dengan itu, dalam kitab Al-Imarah, Imam Muslim meriwayatkan tentang Abu Dzar yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, Wahai Rasulullah, tidakkah engkau memberiku jabatan? Kemudian Rasulullah menepuk pundak Abu Dzar, lalu beliau bersabda, ''Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau itu lemah, sedangkan jabatan itu amanah, dan jabatan itu akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang memperolehnya dengan benar dan melaksanakan kewajiban yang diembankan kepadanya.'' Jabatan atau kekuasaan merupakan sebuah amanah yang harus ditunaikan dan dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawabannya tidak hanya kepada yang memberi jabatan tetapi juga kepada Allah SWT. Sebagaimana hadis dari Ibnu Umar, ''Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.'' (HR Muslim). Di samping itu, untuk mendapatkan suatu jabatan harus dengan cara yang benar, serta tidak memintanya dengan penuh ambisi. Sementara orang yang diberi kekuasaan pun, harus memiliki kapabilitas terhadap jabatan yang diamanahkan kepadanya. Sejarah mencatat, Nabi Yusuf pernah meminta menjadi bendaharawan, ketika ia ditawari menjadi kepercayaan Raja Mesir dengan kedudukan yang tinggi pada saat itu, sebagaimana firman Allah, ''Yusuf berkata, jadikanlah aku bendaharawan negeri Mesir, karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga (amanah) dan berpengetahuan.'' (QS Yusuf /12:55). Sebuah amanah, apabila tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, akan memberi dampak negatif, tidak saja kepada orang yang diberikan amanah, tetapi juga kepada orang lain di sekitarnya. Rasulullah SAW bersabda ''Apabila amanah disia-siakan tunggulah saat kehancurannya.'' Wallahu a'lam bish-shawab. Sumber: http://www.freewebs.com/arsipkliping/agama.htm

MASJID DI KUTUB UTARA TETAP BUKA

Mesjid di Kutub Utara Tetap Buka, Meski Populasi Menyusut Norilsk, Rusia (ANTARA News) - Kakek Mukum Sidikov meninggalkan Norilsk setelah berhasil mempertahankan kelangsung hidupnya dalam kamp kerja paksa yang dibangun diktator Soviet, Yosef Stalin. Sidikov, pemelihara mesjid paling utara di bumi, mengikuti jejak kakeknya untuk mencari pekerjaan dengan gaji lebih baik di Kutub Utara wilayah Rusia. Kini, dia memperkirakan kota itu memiliki sekitar 50 ribu Muslim, atau seperempat penduduk wilayah itu yang berjumlah 210 ribu jiwa. Umumnya dari Azerbaijan dan Republik Dagestan Rusia dan bekerja sebagai pedagang atau pekerja bangunan. Namun, tingat upah yang tidak sebanding dengan kota-kota Rusia lainnya dan sulitnya memasuki Nurislk bagi warga asing, maka sesama Muslim tak lagi mendatangi kota ini, kata Sidikov. "Penduduknya kian menyusut. Orang-orang meninggalkan kota ini," ujar Sidikov, 40, warga kelahiran Uzbek dan besar di Kyrgizstan. Masjid Nurd Kamal terletak di pinggir kota modern Norislk, yang suhunya 50 derajat selsius di bawah nol. Angin kutub mendera atap emasnya dan tumpukan salju mengancam dinding batu pirusnya di musim dingin. "Orang-orang bekerja untuk sesuap nasi. Mereka datang ke sini dan memburuk kesehatan mereka. Setiap detik ada orang sakit," kata Sidikov. Sebuah kota yang dibangun di atas sebuah area tambang logam terkaya dunia, pabrik peleburan logam pertama Norislk dibangun oleh para tahanan Gulag pada tahun 1930-an, dan kini tiga pabrik mengeluarkan asap tebal yang mengandung belerang ke udara. Kota ini pada tahun silam dimasukkan sebagai salah satu dari 10 kota paling tercemar di dunia oleh kelompok lingkungan hidup independen, Blacksmith Institut. Perusahaan induknya, Norislk Nickel, telah mengeluarkan banyak dana untuk mengurangi emisi. Terlalu Capek Untuk Berjamaah Di Rusia terdapat 20 juta warga Muslim, sekitar 14 persen dari total 140 juta penduduk negeri itu. Warga Muslim Asia Tengah dan Dagestan umumnya penganut Sunni, sementara lainnya dari Azerbaijan umumnya Syi`ah. Tidak ada permusuhan antara sekte sekte tersebut di Norislk dan Muslim Soviet, tidak termasuk mereka yang rajin menjalankan ajaran Islam. "Di sana banyak Muslim, tapi hanya segelintir yang mendatangi masjid. Mereka bekerja seharian dan pada malamnya mereka capek," papar Sidikov. Masjid itu yang dibuka pada 1998 dibangun oleh Mukhtad Bekmeyev, seorang etnik Tartar, dan warga asli Norilsk kini bermukim di kota Laut Hitam, Sichi, sekitar 4.000 km dari tempat itu. Dia memberi nama masjid itu setelah orang tuanya membiayai pemugarannya pada tahun ini. Sidikov, yang berambut gundul dan memakai sebuah kopiah berwarna biru, meninggalkan kota Kyrtyz, Osh, untuk mencari kerja. Dia pernah menjalani dinas militer Soviet di Rusia dan tinggal di dua kota Siberia sebelum ia menetap di Norilsk sejak tujuh tahun silam. Gaji yang relatif tinggi dibanding kawasan lain di negara itu menarik minat para pekerja dari seantero Uni Soviet untuk ke Norilsk ketika usaha pertambangan dan peleburan logam tumbuh. Sidikov mengatakan gaji rata-rata setiap bulan antara 25.000 - 30.000 roubel (962 dolar - 1.154 dolar) tidak cukup untuk hidup layak. Bukan hanya warga Muslim yang pergi meninggalkannya, penduduk tetap Norilsk berkurang sekitar 5.000 orang setiap tahun. Kota Tertutup Warga non-Rusia, umumnya dari Azerbaijan dan bekas-bekas republik Soviet di Asia Tengah, telah merasakan lebih sulit memasuki Norilsk sejak 2002 setelah larangan perjalanan bagi warga asing diberlakukan. Mereka ini harus membutuhkan izin khusus untuk mengunjungi Norilsk. Meski Norilsk Nickel dan mantan pemimpin eksekutif Mikhael Prokhorov telah mengungkapkan rencana menahan para pekerja terlatih kota itu dan menarik wajah-wajah baru, Sidikov mengemukakan tidak ada tindakan khusus telah dilakukan untuk membantu warga Muslim. Namun warga Muslim Norilsk, katanya, telah berbaur secara baik dengan komunitas luas dan tidak mengalami banyak diskriminasi. Selama beberapa generasi, sejumlah pendatang dari kawasan Kaukasus Rusia telah memeluk Kristen Ortodoks, kata warga setempat. Sidikov tetap membuka masjid itu hingga larut malam setiap hari untuk memberi kesempatan bagi mereka yang ingin belajar Al-Quran. Sekitar 500-600 orang terlihat melakukan shalat Jumat. "Warga Muslim seharusnya mendatangi masjid setidaknya sekali sepekan. Kita tidak menemukan di sini," kata seorang warga. (*) Copyright © 2007 ANTARA / 21 April 2007 http://www.freewebs.com/arsipkliping/agama.htm