Rabu, 30 November 2011

Pohon Amal

Hikmah

Oleh EH Kartanegara

Pohon Amal

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebehagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu” (QS Alqashash [27]:77).

Bagi manusia beriman, pohon amal adalah sebuah keajaiban di luar batas nalar manusia. Buah dari pohon amal itu jumlahnya jauh lebih banyak dari yang pernah kita bayangkan.. Itu terjadi semata-mata karena kemurahan Allah seperti dijanjikan dalam firman-Nya, “Perumpamaan mereka yang menyumbangkan harta di jalan Allah seperti sebutir biji menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir menghasilkan seratus biji. Allah melipatgandakan bagi yang dikehendakinya. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui” (QS Albaqarah [2) : 261).

Tentang keutamaan menanamkan benih kebaikan agar kelak kita dapat memetik buah dari pohon amal yang kita tanam di dunia ini, Muhammad Qutbh mengutip sebuah hadis dalam bukunya, Qabasat min al Rasul, “Jika kiamat yang datang, sementara di tangan salah seorang kamu ada biji palem, lalu ia mempunyai kesempatan untuk menanamnya sebelum kiamat terjadi, hendaklah ia tanamkan. Dengan demikian ia akan mendapatkan pahala”.

Hadis itu, menurut Muhammad Qutbh, juga memberi pengertian kepada kita bahwa jalan dunia dan akhirat itu bukanlah dua jalan yang berbeda. Jalan Allah adalah satu, baik jalan di dunia maupun jalan menuju akhirat. Jalan itu tak terputus oleh ruang, waktu, maupun aktivitas, dan hanya dapat kita tempuh dengan ibadah.

Singkatnya, jalan Allah menuju akhirat sesungguhnya sudah kita tempuh sejak kita hidup di dunia sekarang ini. Pangkal jalan Allah ada di dunia ini dan ujungnya ada di akhirat kelak. Ini pula sebabnya Islam sesungguhnya tidak memisahkan antara amal (kerja untuk urusan dunia) dan ibadah untuk urusan akhirat seperti dipahami banyak orang selama ini.

Muhammad Qutbh mencontohkan hidup Rasulullah Muhammad SAW. Amal (kerja) Rasulullah sepanjang hidup adalah ibadah. Begitu pula ibadah beliau dilakukan dengan amal.

Segala amal (perbuatan) kehidupan di dunia ini diorientasikan untuk mendapatkan ridha Allah demi kepentingan akhirat. Meneladani hidup Rasulullah yang efisien – sekali hidup untuk mencapai dua kebahagian sekaligus – tidak akan ada kesia-siaan hidup. (Dikutip dari REPUBLIKA - Kamis, 26 Juli 2007 – 11 Rajab 1428 H).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar