Selasa, 15 Mei 2012

CERMINAN AKHLAK GENERASI MENDATANG

Cerminan Akhlak Generasi Mendatang Posted by: al_ichsan on Monday, May 08, 2006 - 08:06 Hudzaifah.org - Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari aktivitas yang saya jalani kemarin. Sedikitnya ada dua kejadian yang bisa diambil pelajaran. Pelajaran yang bisa membuka mata kita betapa pentingnya generasi-generasi Muslim sejati. Matahari sudah setengah menyengat di pagi hari itu, aku pun bergegas berangkat kekampus dengan menggunakan kendaraan umum. Kuberhentikan salah satu angkot yang melintas dan segera mencari tempat duduk yang nyaman. Tempat duduk favoritku di pojok belakang angkot kebetulan belum terisi, hanya ada seorang ibu berjilbab putih rapi yang membawa dua anaknya yang masih kecil-kecil. Satu anak perempuan yang kutaksir umurnya sekitar lima tahun dan yang satu lagi anak laki-laki yang pulas tertidur dalam gendongan si ibu, kelihatannya umurnya belum genap 1 tahun. Aku duduk dihadapannya dan sempat beberapa kali memperhatikan bagaimana ia dengan repotnya mengatur anak-anaknya agar bisa tenang. Si anak perempuan beberapa kali mulai mengeluh sakit perut dan mual, mungkin dikarenakan angkot yang berjalan ugal-ugalan. ”Ma, perut aku sakit ma...” seru si anak perempuan sambil memegangi perutnya. ”Tahan ya nak, sebentar lagi sampai kok...” ”Tapi sakit sekali ma...” ”Mari sini mama beri minyak kayu putih.” Si ibu membuka tasnya dan mengeluarkan sebotol minyak kayu putih dan kemudian dioleskan keperut anaknya sambil mengalihkan pembicaraan. ”Nak, nanti kalau sudah sampai kita beli apa ya yang enak?” ”Susu kotak saja, ma. Aku minta susu kotak...” ”Wah usul yang bagus, beli berapa kotak ya?” ”Dua saja ma, untuk aku dan adik.” Kemudian pembicaraan antara anak dan ibu ini terus berlangsung sampai si anak benar-benar lupa akan sakit perut dan mualnya. Aku hanya menyaksikan dengan kagum betapa seorang ibu dengan cerdasnya mengasuh anaknya. Walau keadaannya sangat repot tapi senyum ikhlas tak pernah lepas dari wajahnya. Wajah yang teduh memayungi kedua buah hatinya. Aku pun mulai teringat kepada ibuku. Ah, betapa mulianya seorang ibu... Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. AL Ahqaf : 15) ***** Hari terus berjalan dari jam ke jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30. Setelah menunaikkan ibadah shalat dzuhur kulangkahkan kakiku dari kampus menuju SDN 07 Jelambar dengan menggunakan motor yang telah kupinjam sebelumnya dari teman. Yup, agendaku berikutnya adalah mengajar bahasa Inggris kelas 6 SD, pelajaran yang sangat kusuka sedari kecil. Pertama kali mengajar anak-anak kecil terasa sangat melelahkan, bahkan lebih melelahkan dari pada mengajar sebagai assisten lab dan assisten dosen di kampus. Kesabaran sangat diuji disini. Selalu kupatrikan dalam diriku firman Allah yang ampuh menenangkan hatiku, ”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bersabar.” Pelajaran bahasa Inggris hari ini kumulai jam 13.00. Setelah kubuka dengan salam kubagikan foto copy-an yang sudah kusiapkan untuk mereka. Hari ini memang sudah kurencanakan untuk mengambil materi dari foto copy-an tersebut. Aku belajar banyak dari perbedaan latar belakang sampai sifat murid-muridku ini. Beberapa waktu aku sempatkan untuk berbicara santai dengan mereka, dengan begitu aku bisa mengetahui karakter mereka. Ada beberapa hal yang aku sayangkan atas pribadi yang terbentuk dalam diri mereka. Misalnya beberapa dari mereka sudah pernah menonton film-film porno yang dijual bebas sedari kecil. Alasannya beragam ada yang mendapatkannya dari teman, membeli, atau bahkan milik orang tuanya. Beberapa dari mereka juga mengaku juga sekolah madrasah selepas sekolah di SD. Paginya sekolah di SD dan sorenya di madrasah. Memang ada sedikit perbedaan antara anak madrasah dengan yang non madrasah. Ada juga dari mereka yang membantu orang tuanya sepulang sekolah. Anak dengan karakter ini cenderung baik dan suka membantu. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pembentuk akhlak dan kepribadian seorang anak adalah: 1. Al Wiratsiyyah (Genetik) Seorang anak berperilaku berdasarkan daerah tempat asalnya. Misalkan, anak-anak dari Sumatera Utara cenderung lebih keras dibandingkan anak-anak yang hidup dengan suasana suku Jawa ataupun Sunda. 2. An Nafsiyyah (Psikologis) Faktor ini berdasarkan nilai-nilai yang ditanamkan atau diterima dalam keluarga. Misalkan, sangat berbeda karakter anak-anak yang orang tuanya sibuk bekerja dan kurang kasih sayang dengan anak-anak yang cukup mendapat kasih sayang dari orang tua. Atau misalkan, berbeda karakter antar anak-anak yang keluarganya utuh dengan anak-anak yang broken home. 3. Syari’ah Ijtima’iyyah (Lingkungan sosial) Faktor lingkungan bermain mereka juga sangat berpengaruh dalam pertumbuhan karakter. 4. Al Qiyam (Nilai islam) Faktor pembentukan nilai-nilai Islam sudah seharusnya diterima oleh anak-anak sedari mereka kecil. ”Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la) ”Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah : 128). Wallahua’lam bishawab. [DAI] Sumber: http://www.hudzaifah.org/Article359.phtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar